I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini, pariwisata tidak
hanya dapat dinikmati oleh orang-orang yang relatif kaya, melainkan telah
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, terutama
menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Lebih lanjut, pariwisata bahkan telah
berkembang menjadi salah satu industri terbesar di dunia, yang ditandai antara
lain dengan perkembangan jumlah kunjungan turis dan pendapatan yang diperoleh
dari turis internasional. Berdasarkan laporan World Tourism Organization (WTO),
total kunjungan turis di seluruh dunia dalam tiga tahun terakhir hampir
mencapai 1 miliar orang per tahun. Dalam tahun 2007 ,turis mencapai 901 juta
orang, kemudian meningkat sekitar 2,0% menjadi 919 juta orang dalam tahun 2008,
dan menurun sekitar 4,2% menjadi 880 juta orang dalam tahun 2009. Perkembangan
jumlah kunjungan turis ini praktis mempengaruhi pendapatan devisa pariwisata
(tourism receipts), yaitu dari sebesar US$858 miliar dalam tahun 2007 meningkat
sekitar 9,7% menjadi US$941 miliar tahun 2008 dan kemudian turun sekitar 9,5%
menjadi US$852 miliar tahun 2009. Penurunan jumlah kunjungan dan pendapatan dari
pariwisata dunia pada tahun 2009 terjadi sebagai dampak dari krisis keuangan
global dan resesi ekonomi (WTO, 2010).
Bila dicermati perkembangannya di
Indonesia terlihat bahwa jumlah kunjungan turis cenderung meningkat, yaitu dari
5.506 juta pada tahun 2007 menjadi 6.234 juta pada tahun 2008, atau tumbuh sekitar 13,2% dan meningkat
sekitar 1,4% menjadi 6.324 juta pada tahun 2009. Dalam tahun 2009 saja Indonesia
mampu menyerap sekitar 0,72% dari jumlah kunjungan turis dunia. Namun demikian,
peningkatan jumlah kunjungan tidak diikuti dengan bertambahnya pendapatan
devisa pariwisata. Dalam tahun 2007 pendapatan devisa pariwisata mencapai US$5.346
juta, kemudian meningkat sekitar 38,0% menjadi US$7.378 juta dalam tahun 2008, dan
dalam tahun 2009 turun sekitar 14,4% menjadi US$6.318 juta. Jumlah pendapatan
devisa tahun 2009 ini setara dengan 0,74% dari pendapatan pariwisata dunia.
Berdasarkan jumlah kunjungan dan
pendapatan devisa pariwisata tersebut, dalam tahun 2009 Indonesia berhasil pada
peringkat 9 di kawasan Asia Pasifik sebagai negara yang atraktif bagi turis
internasional. Keberhasilan ini patut diacungi jempol dan paling tidak dapat
dijadikan sebagai indikator keberhasilan berbagai langkah kebijakan serta
program dan promosi pariwisata yang selama ini dilakukan oleh pemerintah.
Terlebih lagi, berbagai langkah kebijakan dan program pengembangan pariwisata
tersebut diupayakan secara terus menerus oleh pemerintah di tengah munculnya
tantangan berat, diantaranya adalah terjadinya “teror bom” di sejumlah tempat
di tanah air. Teror bom tersebut membawa implikasi munculnya larangan berkunjung
(travel warning) ke Indonesia dari banyak negara, yang selanjutnya akan mempengaruhi
jumlah kunjungan turis dan pendapatan devisa pariwisata.
Sumber : BPS, BI dan Kementerian Budaya &
Pariwisata (diolah)
Pendapatan devisa dari pariwisata
memiliki peranan yang cukup penting dalam struktur penerimaan devisa nasional,
terutama bila dibandingkan dengan devisa yang berasal dari kegiatan ekspor
barang. Bila dicermati perkembangannya setiap tahun sejak tahun 2004 sampai 2009,
meskipun tidak terlalu besar, namun pendapatan devisa dari pariwisata
menunjukkan perubahan yang cukup berarti. Dalam tahun 2004, pendapatan
pariwisata mencapai US$5,2 miliar dan menyumbang sekitar 14,4% terhadap devisa
negara, berada di bawah devisa ekspor minyak bumi dan gas (migas) yang
menyumbang sekitar 42,9%. Dalam tahun 2005, walaupun pendapatan pariwisata turun menjadi US$5,1
miliar, namun sumbangannya terhadap devisa meningkat menjadi 14,7%, berada di
bawah devisa ekspor migas yang menyumbang sekitar Migas Pariwisata Pakaian jadi
Karet olahan Minyak kelapa sawit55,4%. Penurunan pendapatan pariwisata terus
berlangsung hingga tahun 2006 dengan
sumbangan sekitar 11,5%, lebih rendah dari
sumbangan ekspor migas (49,8%), pakaian jadi
(13,2%) dan karet olahan (12,8%). Selanjutnya dalam
tahun 2007, jumlah pendapatan pariwisata meningkat menjadi US$5,8 miliar, namun
sumbangannya terhadap devisa nasional turun menjadi 10,2%. Sumbangan devisa pariwisata
dalam tahun tersebut masih lebih rendah dari devisa hasil ekspor migs (38,8%),
karet olahan (10,9%) dan pakaian jadi (13,8%). Dalam tahun 2008 pendapatan
devisa pariwisata kembali meningkat hingga mencapai US$8,2 miliar dan sumbangannya
terhadap devisa juga naik menjadi 15,8%, namun turun menjadi sekitar 10,4%
dalam tahun 2009.
Selain sebagai sumber pendapatan
devisa, pariwisata juga memberikan kontribusi untuk penciptaan lapangan kerja,
kegiatan produksi dan pendapatan nasional (PDB), pertumbuhan sektor swasta dan
pembangunan infrastruktur. Pariwisata juga berpotensi mendorong peningkatan
penerimaan negara dari pajak, terutama pajak tidak langsung. Meskipun beragam kontribusi
pariwisata terhadap perekonomian telah disadari sejak lama namun sejauh ini penelitian
tentang pengaruh pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi belum mendapatkan porsi
yang cukup besar di Indonesia, sehingga sulit menentukan arah hubungan antar
kedua variabel. Berdasarkan fakta tersebut, studi ini akan mencoba mengelaborasi
lebih lanjut arah hubungan atau pengaruh pariwisata terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia.
1.2.
Tujuan Penelitian
Studi ini
bertujuan untuk :
1.
Mengetahui dampak pertumbuhan pendapatan pariwisata (tourism receipts) terhadap
pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
2.
Mengetahui dampak program promosi wisata dan teror bom terhadap pertumbuhan
pendapatan
pariwisata, serta dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
BAB II
PENGARUH PARIWISATA TERHADAP EKONOMI
2.1.
Hubungan Pariwisata dan Pertumbuhan Ekonomi
Dalam literatur, hubungan pariwisata dan pertumbuhan ekonomi dapat
dikonfrontasi
melalui dua pendekatan, yaitu : pertama, pendekatan
Keynesian tentang pengganda (multiplier), yang memperlakukan pariwisata
internasional sebagai komponen eksogen dari permintaan agregat yang mempunyai
pengaruh positif terhadap pendapatan, dan karena itu terhadap lapangan kerja
melalui proses multiplier. Namun pendekatan ini banyak menerima kritik karena agak
statis dan tidak memungkinkan untuk menyimpulkan dampak pariwisata dalam jangka
panjang. Kedua, pendekatan model pertumbuhan endogen dua sektor Lucas, yang penggunaannya
untuk sektor pariwisata dipelopori oleh Lanza and Pigliaru (1995). Dalam model ini pariwisata dikaitkan dengan
kondisi maksimisasi laju pertumbuhan. Apabila produktivitas menjadi elemen utama
dari pertumbuhan, dengan asumsi kemajuan teknologi di sektor manufaktur lebih
tinggi dibandingkan sektor pariwisata, maka spesialisasi pariwisata akan
mendorong pertumbuhan. Hal ini bisa terjadi hanya apabila perubahan nilai tukar
perdagangan (terms of trade) antara pariwisata dan barang-barang manufaktur
lebih dari sekedar menyeimbangkan kesenjangan teknologi (technological gap)
sektor pariwisata. Kondisi tersebut berlaku apabila elastisitas substitusi
antara pariwisata dan barang manufaktur lebih kecil dari satu (inelastis).
Selain itu, dengan mengacu pada teori hubungan perdagangan dan
pertumbuhan, hubungan antara pariwisata dan pertumbuhan ekonomi diidentifikasi
bersifat kausalitas. Pola
hubungan
kausalitas ini didasarkan pada tiga (3) hipotesis yang berbeda, yaitu :
1.
Hipotesis pertumbuhan yang bertumpu
pada pariwisata (tourism-led economic growth
2. hypothesis),
yang menganggap ekspansi pariwisata mempengaruhi pertumbuhan ekonomi;
3. Hipotesis
pertumbuhan pariwisata yang digerakkan oleh pertumbuhan ekonomi
(economic-driven tourism growth hypothesis), yang menganggap pertumbuhan
ekonomi mempengaruhi ekspansi pariwisata; dan
4.
Hipotesis kausalitas timbal balik
(reciprocal causal hypothesis), yang menganggap
hubungan kausal antara pertumbuhan ekonomi dan
ekspansi pariwisata bersifat dua arah (bi-
directional), dimana dorongan pada kedua variabel
tersebut saling memberikan manfaat.
Pengakuan adanya hubungan kausal antara pertumbuhan
ekonomi dan ekspansi pariwisata
sangat penting karena bisa memberikan implikasi
yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan kebijakan yang relevan. Namun
demikian, apabila ditemukan tidak adanya hubungan kausal antara ekspansi
pariwisata dan pertumbuhan ekonomi, hasilnya dapat digunakan sebagai indikasi
untuk menunjukkan efektivitas strategi promosi pariwisata.
Beberapa argumen lain melihat
keterkaitan antara pariwisata dan pertumbuhan ekonomi dengan fokus pada dampak
ekonomi makro dari pariwisata, yaitu : Pertama, pariwisata memiliki dampak
langsung terhadap perekonomian, antara lain terhadap penciptaan lapangan kerja,
redistribusi pendapatan, dan penguatan neraca pembayaran. Belanja turis,
sebagai bentuk alternatif dari ekspor memberikan kontribusi berupa penerimaan
devisa (neraca pembayaran) dan pendapatan yang diperoleh dari ekspansi
pariwisata. Penerimaan devisa dari pariwisata juga bisa digunakan untuk
mengimpor barang-barang modal untuk menghasilkan barang-barang dan jasa, yang
pada gilirannya menyebabkan pertumbuhan ekonomi. Kedua, efek stimulasi (induced
affects) terhadap pasar produk tertentu, sektor pemerintah, pajak dan juga efek
imitasi (imitation effect) terhadap komunitas. Salah satu manfaat utama bagi
komunitas lokal yang diharapkan dari pariwisata adalah kontribusinya yang
signifikan terhadap perekonomian daerah, terutama peningkatan pendapatan dan pekerjaan
baru di daerah. Pelaku bisnis di daerah tentu saja memperoleh manfaat langsung
dari belanja turis. Karena pelaku bisnis membayar pekerja dan karena pelaku
bisnis dan pekerja membelanjakan kekayaan mereka yang meningkat, maka secara
keseluruhan komunitas di daerah juga memperoleh manfaat. Sehingga uang yang
dibelanjakan oleh turis adalah uang baru dalam perekonomian daerah, bukan
kekayaan sebelumnya yang digunakan kembali (recycling).
2.1.1.
Dampak Positif Pariwisata
Dampak pariwisata diukur dalam dua tahap, yaitu dampak langsung dan
tidak langsung
terhadap
perekonomian. Dampak langsung antara lain diukur melalui tingkat belanja devisa
pariwisata
dan dampaknya terhadap lapangan kerja. Sementara dampak tidak langsung meliputi
pengukuran efek yang ditimbulkan terhadap pendapatan nasional (pertumbuhan
ekonomi). Dalam jangka panjang, efek pariwisata terhadap peningkatan
pertumbuhan ekonomi dapat diidentifikasi melalui beberapa saluran yang berbeda,
yaitu sebagai berikut :
1.
Pariwisata adalah penghasil
devisa yang cukup besar, yang tersedia untuk pembayaran
barang-barang
atau bahan baku dasar yang diimpor yang digunakan dalam proses produksi.
2.
Pariwisata memainkan peranan
penting dalam mendorong investasi pada infrastruktur baru dan persaingan antar
perusahaan lokal dengan perusahaan di negara turis lainnya.
3. Pariwisata
menstimulasi industri-industri lainnya, baik secara langsung, tidak langsung
maupun efek stimulasi.
4. Pariwisata
memberikan kontribusi untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan
pendapatan.
5. Pariwisata
bisa menimbulkan eksploitasi yang positif dari skala ekonomis (economies of
scale) perusahaan-perusahaan nasional
6.
Pariwisata adalah faktor penting
untuk difusi pengetahuan teknis, stimulasi riset dan pengembangan, dan
akumulasi modal sumber daya manusia.
2.1.2. Dampak Negatif Pariwisata
Pariwisata
juga membawa implikasi negatif terhadap negara tujuan wisata (host country) dan
komunitas daerahnya. Pengaruh negatif tersebut antara lain adalah :
1. Terjadinya
leakages impor dan ekspor, penurunan pendapatan pekerja dan penerimaan bisnis
lokal. Leakage impor meliputi pengeluaran impor untuk peralatan, makanan dan
minuman, serta produk-produk lain yang tidak bisa dipenuhi oleh host country,
yang sesuai dengan standar pariwisata internasional. Leakage ekspor adalah
aliran keluar keuntungan yang diraih oleh investor asing yang mendanai resorts
dan hotel. Para investor asing mentransfer penerimaan atau keuntungan
pariwisata keluar dari host country.
2. Adanya
batasan manfaat bagi masyarakat daerah yang terjadi karena pelayanan kepada turis
yang serba inklusif. Keberadaan paket wisata yang “serba inklusif” dalam
industri pariwisata—dimana segala sesuatu tersedia, termasuk semua
pengeluaran—didefinisikan menurut ukuran turis internasional dan memberikan
lebih sedikit peluang bagi masyarakat daerah untuk memperoleh keuntungan dari
pariwisata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar