Jalan Sufi itu memang tidak sederhana,
tapi ia akan mudah dia pahami ketika kita membedakan
dua jalan untuk dan memahami Tuhan dengan segala ajaran-Nya.
Kedua jalan tersebut masing-masing adalah yang pertma jalan syari'ah
(aspek lahiriyah) di satu sisi, yaitu cara formal untuk melaksanakan
peribadatan kepada Allah, yang dirujuk oleh Al-Qur'an sebagai
tujuan utama tujuan penciptaan (QS. adz-Dzariat: 56)
Jalan kedua adalah jalan Tasawuf (aspek bathiniah), seperti diisyaratkan
dalam definisi Ihsan: "Engkau beribadah seakan-akan melihat Tuhan, dan
seandainya engkau tidak melihat-Nya, niscaya Tuhan melihatmu," yang
merupakan pelengkap dari ibadah formal tersebut.
Orang sering membedakan kedua jalan tersebut dalam mencari dan mendekati
Tuhan. Karena itu seyogyanyalah kedua aspek penting dari agama ini tidak
dihayati secara terpisah, tetapi dilaksanakan sebagai dua hal yang saling
melengkapi dan diperlakukan secara seimbang. Penekanan yang berlebihan
terhadap aspek lahir (syari'ah) tanpa memeperdulikan aspek bathin (Tasawuf)
hanya akan melahirkan ahli-ahli eksoterik formal, yang tidak mampu
mengapresiasi dimensi spiritual dari ibadah formal mereka,
yang bisa berarti beragama hanya menjadi
ekspresi keimanan yang kering.
Bagus sekali bung artikel anda.
BalasHapussiap terimakasih
BalasHapus