Minggu, 10 Maret 2019

MAKALAH ISLAMISASI NUSANTARA


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Muncul dan berkembangnya Islam di Indonesia tidak bisa lepas dari keterkaitan sejarah yang panjang di negara ini. Sebelum Islam datang, masyarakat Indonesia telah memiliki budaya dan keyakinan sendiri yang sifatnya komplek. Beragam bentuk kebudayaan dan praktek keagamaan membaur menjadi warna yang khas bagi bangsa Indonesia sendiri. Hal ini menjadi alasan tidak mungkinn kekayaan budaya lokal dicabut dari akarnya dengan mudah, bahkan oleh sistem budaya dan strategi apapun.
Islam yang datang sebagai hal baru bagi warga pribumi juga tidak mampu memaksakan diri untuk mengganti budaya lama dengan budaya islam sendiri. Untuk itu para pembawa islam berusaha menyebarkan islam dengan cara yang halus, damai dan tanpa pemaksaan. Peran penting kesejahteraan islam pada masa awal perkembangannya di Indonesia dimainkan secara apik oleh para wali dan ulama, sehingga sifat Islam yang akomodatif tersebut dapat diterima dengan mudah oleh warga pribumi.
Peran Islam terhadap dinamika ekonomi, sosial dan budaya Indonesia mengalami perjalanan yang tidak sebentar. Dinamika saat datangnya Islam ke Nusantara, dengan Peradaban Nusantara yang telah ada baik dari segi sosial, budaya naupun ekonomi menjadikan terbentuknya Asimilasi maupun Akulturasi Kebudayaan Islam dan Kebudayaan Nusantara. Hal inilah yang membentuk corak keIslaman Indonesia, yang menjadi agama paling dominan. Melalui pembahasan singkat ini, penulis berusaha memaparkan bagaimana keadaan sosial, budaya maupun ekonomi Nusantara menjelang atau sebelum datangnya Islam, yang menjadi latar belakang corak keIslaman Indonesia yang bisa dibilang paling berbeda dari corak KeIslaman negara lain.



B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana kondisi sosial, politik, ekonomi, budaya dan agama menjelang datangnya Islam?
2.      Apa saja teori kedatangan Islam ke Nusantara?
3.      Apa sarana yang digunakan pada Islamisasi Nusantara?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui kondisi sosial, politik, ekonomi, budaya dan agama menjelang datangnya Islam
2.      Menegtahui macam-macam teori kedatangan Islam ke Nusantara
3.      Mengetahui sarana yang digunakan pada Islamisasi Nusantara


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kondisi Sosial, Politik, Ekonomi, Budaya dan Agama Menjelang Datangnya Islam
                        Perkembangan Sosial Budaya dan ekonomi Nusantara tidak terlepas dari Kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara. Pada masa sebelum datangnya Islam, hampir seluruh wilayah Nusantara dengan kerajaan yang ada memiliki kepercayaan Hindu-Buda. Diantara Kerajan-kerajaan yang ada diantaranya ; Kerajaan Mataram, Kerajaan  Kalingga, Kerajaan  Pajajaran, Kerajaan  Majapahit, Kerajaan  Kutai, Kerajaan  Singasari, Kerajaan  Sriwijaya, Kerajaan  Kediri, dan Kerajaan Tarumanegara. Namun dari beberapa Kerajaan tersebut kerajaan besar yang dianggap mewakili cikal bakal bangsa indonesia adalah Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.  Berikut latar belakang dari kedua Kerajaan tersebut dengan keadaan Sosial, budaya, ekonomi maupun politik sebagai gambaran keadaan Nusantara sebelum Masuknya Islam ke Nusantara.

1.      Kerajaan Sriwijaya
Sumber sejarah kerajaan Sriwijaya adalah prasasti yang bersumber dari berita Cina dan Arab dengan Kesimpulan bahwa Kerajaan Sriwijaya berdiri pada akhir abad ke-7. Dari berita Cina masa Dinasti Tang disebutkan bahwa di Pantau timur Sumatera Selatan telah berdiri sebuah Kerajaan Sriwijaya (Shelifoshe). Sedang dari berita Arab, dijelaskan mengenai Kekuasaan dan kebesaran serta kekayaan Sriwijaya. Pada Abad ke-7 Sriwijaya sudah berkembang menjadi pusat agama Budha di wilayah Asia Tenggara. Selain bersumber dari berita Cina dan Arab, buktu kerajaan Sriwijaya juga dubuktukan dengan berbagai Prasasti yang ditemukan, diantaranya Prasasti Talang Tuo,Prasasti Bangka, Prasati Karang Berahi, Prasasti Kota Kapur, dan Prasasti Palas Pasemah.
a.      Aspek Sosial Budaya
Letak Sriwijaya yang strategis yang berada pada jalur perdagangan Internasional, menjadikan banyaknya pengaruh luar yang masuk. Sehingga penduduk Sriwijaya banyak mendapatkan pengaruh dari kebudayaan luar. Sebagai Contoh Sriwijaya banyak mengadopsi Kebudayaan India, baik dalam penamaan dengan bahasa India, maupun adat istiadat, sampai akhirnya Sriwijaya dapat menjadi pusat pengembangan ajaran Budha di wilayah Asia Tenggara. Dibuktikan dengan berita I Tsing yang menyatakan bahwa pada abad ke-8 di Sriwijaya terdapat 1000 orang pendeta Budha dibawah bimbingan seorang pendeta besar bernama Sakyakirti. Selain pendeta para pemuda Sriwijaya juga belajar ilmu kemiliteran dibuktikan pada Prasasti Nalanda.
b.      Aspek Kehidupan Ekonomi
Karena wilayahMaritim atau Kelautan kerajaan Sriwijaya yang cukup luas, maka Sriwijaya membangun armada Laut yang kuat. Hasil Perekonomian terbesar penduduk Sriwijaya berasal dari perdagangan dan pelayaran. Selain itu hubungan perdagangan dengan Internasional sangat menguntungkan Sriwijaya. Selain faktor di atas, faktor yang mempengaruhi kemajuan kerajaan Sriwijaya diantaranya :
1)        Letak Sriwijaya yang sangat strategis, berada pada jalur perdagangan Internasional.
2)        Sriwijaya mampu menguasai wilayah perdagangan diantaranya ; selat Malaka, Semenanjung Malaka, Selat Sunda, dan TaNah Genting.
3)        Hasil Bumi seperti rempah-rempah dan barang tambang seperti emas yang melimpah, dijadikan sebagai mata perdagangan yang sangat berharga.
4)         Kekuatan Armada Laut Sriwijaya cukup Kuat sehinnga mampu bekerjasama dengan Kerajaan yang berada di India dan cina.
5)        Adapun pendapatan Sriwijaya lainnya bersumber pada ; cukai barang dagangan, upeti dari para pedagang, serta pajak dari kapal –kapal asing yang masuk.
c.       Aspek Kehidupan Politik
Masa Keemasan Sriwijaya pada abad ke-8-ke-9 masa pemerintahan Raja Balaputeradewa. Adapun masa pemerintahan Raja Dharmasetu yang mendirikan Pangkalan di Semenanjung Malaya memberikan kontribusi besar bagi pengembangan Sriwijaya. Kemudian Sriwijaya melalui Politik ekspansinya ke berbagai wilayah menjadikan Sriwijaya semakin berkembang, sehingga berhasil menguasai jalur-jalur perdagangan india maupun cina, selat Malaka, Semenanjung melayu, selat Sunda, serta Tanah genting.
d.      Kemunduran Kerajaan Sriwijaya
Berdasarkan Berita dari Cina, sriwijaya mengalami kemunduran di akhir abad ke-12. Penyebabnya diantaranya ;
a.       Serangan yang berulang-ulang dari Kerajaan Colamandala dar iIndia.
b.      Banyak daerah taklukan yang melepaskan diri diantaranyaTanah kra, Sunda, Jambi, Pahang, Ligor dll.
c.       Adanya desakan dari Kerajaan di Thailand yang melakukan pengembangan ke arah semenanjung Malaya.
d.      Adanya Desakan dari kerajaan Singasari yang bekerjasama dengan Kerajaan Melayu.
e.       Perekonomian dan perdagangan yang terus mengalami kemunduran.
f.       Berkurangnya Raja-raja yang Cakap untuk mempertahankan serta mengembangkan kerajaan Sriwijaya

2.      Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan dari kerajaan Singasari, Karena Raja Wijaya sebagai pendiri kerajaan Majapahit merupakan pangeran kerajaan Singasari yang melarikan diri, kemudian mengambdi kepada Jayakatwang yang kemudian membuka lahan dibantu prajurit dari madura, sehingga berdirilah Kerajaan majapahit. Adapun bukti-bukti Kerajaan majapahit yaitu dari Bertia Cina pada masa Dinasti Ming  dan berita dari Dinasti Ma Huan yang menceritakan keadaan masyarakat dan Kota majapahit. Selain itu juga sumber dari kitab-kitab sastra yang ditemukan, diantaranya :
1.      Kitab Pararaton yang menceritakan mengenai Raja-raja Singosari dan Majapahit.
2.      Tulisan Mpu tantular pada kitab Negarakertagama yang nenjelaskan keadaan Majapahitm daerah-daerah jajahanm serta perjalanan hayam wuruk dengan daerah kekuasaannya.
3.      Kitab Usana Jawa yang menjelaskan tentang Ekspedisi Patih Gajah Mada dan Arya Damar menaklukan Pulau bali.
Selain peninggalan berupa karya sastra, bukti lainnya yaitu seperti bangunan Candi, Pintu gerbang, Pemandian, serta Kota Trowulan yang meruoakan Ibu Kota Majapahit.
a.    Aspek Kebudayaan
Kemajuan Kerajaan Majapahit terjadi pada Masa Pemerintahan Hayam Wuruk, dibidang  karya Sastra mengalami kemajuan, pada tahun 1365 ditulis Kitan Negara Kertagama oleh Empu Tantytal, Juga Kitab Sutasoma dan Arjunawijaya. Selain dibidang Karya Sastra, Kemajuan juga pada bangunan atau Infrastruktur, seperti berdirinya Candi-candi yatiu, Panataran, Bentar, Tigawangi, Surawana, Tikus, Jabung. Pada Masa Majapahit, Nusantara mengenal kemajuan budaya, agama ,maupun adat istiadat. Sehingga berdampak pada rasa Toleransi Sosial yang Tinggi. Pada Masa ini, Islam sudah mulai masuk dan berdampingan dengan Majapahit, sehingga sebab adanya perbedaan baik dari keyakinan maupun budaya timbulah nilai-nilai toleransi yang cukup tinggi.
b.      Aspek Ekonomi
Mata pencaharian Penduduk Majapahit berbasis pada Maritim dan Agraris, pertanian dan perdagangan. Pada aspek pertanian sudah cukup maju karena sudah menggunakan sistem Irigasi dengan hasil utamanya  Padi dan palawija. Sedang pada Perdagangan kemajuan terlihat pada sistem perdagangan hingga perdagangan Internasional, dengan dibuatnya pelabuhan Hujung Galuh tempat berlabuh kapal-kapal dari berbagai negara.
c.       Aspek Kehidupan Politik
Pemerintahan pada masa majapahit :
1)      Raja Wijaya (1293-1309)
Pada pemerintahan Raja Wijaya atau Kartarajasa keadaan kerajaan aman dan sejahtera. Kegiatan perdagangan mengalami kemajuan dengan didirakannya berbagai pelabuhan seperti Gresik, Tuban, Surabaya, dan Canggu.
2)      Sri Jayanegara (1309-1328)
Merupkan Raja kedua, putra dari raja Wijaya. Pada Masa pemerintahannya banyak terjadi pemberontakan. Sehingga Jayanegara sampai melarikan diri ke daerah Badander, kemudian atas perlindungan Gajah Mada dengan pasukannya, Jayanegara bisa kembali bertahta. Berkat peran Gajah mada, diapun diangkat menjadi Patih di Kahuripan.
3)      Tribhuwanatunggal (1328-1350)
Dia merupakan adik dari Jayanegara. Pada pemerintahannya juga terjadi pemberontakan, kemudian oleh pasukan Gajah Mada para pemberontak dapat di hancurkan. Atas jasanya ini, dia diangkat menjadi Mahapatih Majapahit, dan bersumpah akan menyatukan Nusantara yang terkenal dengan Sumpah Palapa. Sehingga ekspedisi Gajah Mada dapat menaklukan Bali, Sumatera, Semenanjung Malaka, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua Barat, semua daerah tersebut dipersatukan di bawah panji Majapahit.
4)      Raja Hayam Wuruk
Pada masa raja Hayam Wuruk atau Sri Rajanegara, Majaphit mengalami kemajuan atau masa keemasan, dengan dibantu oleh patih gajah mada, Adityawarman, dan Mpu Nala. Daerah Kekuasaan Majaphit hampir di seluruh wilayah Nusantara. Majapahit menjadi Kerajaan Maritim dan agraris yang besar.
d.      Kemunduran Kerajaan Majapahit
Faktor-faktor yang membuat runtuhnya Kerajaan Majapahit :
1)         Faktor Politik
Kekuatan  Kerajaan ada pada Patih Gajah Mada, sehingga setelah meninggaknya Gajah Mada sehingga banyak wilayah yang tidak bisa dipertahankan. Ditambah terjadi perang saudara antara Wikramawardhana dan Bhre Wirabumi sehingga mempercepat runtuhnya kerajaan Majapahit,
2)         Faktor Ekonomi
Banyaknya Bandar dagang yang melepaskan diri dari Majapahit karena pengaruh ekspedisi Cina dan perdagangan bebas, diantaranya bandar Demak, Jepara Dan Gresik yang melepaskan diri.
3)      Faktor Agama
Masukknya Islam melalui jalur perdagangan sehingga banyak penduduk yang kemudian masuk agama Islam.  Dan Mulai melakukan perlawanan dengan Majapahit. Sampai pada akhirnya Majapahit dapat terkalahkan dan dikuasai oleh Islam.

B.      Teori Kedatangan Islam ke Nusantara
Islamisasi merupakan proses yang sangat penting dalam sejarah islam Indonesia. Hingga saat ini, proses masuknya agama islam ke wilayah Nusantara (Indonesia) oleh para ahli sejarah belum ada yang memberikan pernyataan yang pasti. Alasan kerancuan ini karena kurangnya data yang ada sehingga menyulitkan ahli sejarah dalam membuktikan teori tertentu dan luasnya wilayah Nusantara pada saat itu. Paling tidak ada empat teori yang memberikan keterangan masuknya Islam ke Nusantara, yaitu : Teori India, Teori Arab, Teori Persia, dan Teori Cina.[1]
a.      Teori India
Pemegang teori ini adalah Pijnappel, seorang Profesor Bahasa Melayu di Universitas Leiden, Belanda. Menurut beliau Islam datang ke Nusantara tidak langsung dari Arab atau Persia, namun berawal dari India (terutama pantai barat dari Gujarat dan Malabar). Banyak orang Arab yang bermazhab Syafi’i yang bermigrasi ke India, selanjutnya dari sana mereka menyebarkan Islam ke Nusantara.
Teori ini selanjutnya direvisi C. Snouck Hurgronje bahwa islam di Nusantara datang dari wilayah Malabar dan Coromandel (kota-kota pelabuhan di India Selatan). Penduduk Deccan yang berperan sebagai perantara barang dagang antara negeri Islam dan penduduk Nusantara datang dan menetap di Nusantara untuk menyebarkan Islam. selanjutnya muncul orang-orang Arab yang melanjutkan islamisasi di Nusantara. Pendapatnya ini berdasar dari kesamaan tentang paham Syafi’iyah yang kin masih berlaku di Paantai Coromandel. Snouck Hurgronje juga berpendapat bahwa abad ke-12 sebagai periode yang paling mungkin dari awal penyebaran Islam Nusantara.
Teori India juga dikemukakan oleh J.P. Moquette yang menyatakan Islam datang dari Gujarat, India. Hal ini berdasar pada pengamatan beliau pada batu nisan di Pasai yang berangka 17 Dzulhijjah 831 H/27 September 1428 dan batu nisan makam Maulana Malik Shaleh di Gresik, Jawa Timur yang wafat tahun 822 H/1419. Ternyata model dua batu nisan tersebut mirip dengan batu nisan di Cambay, Gujarat.
Kemudian pendapat Moquette ini dibantah oleh S.Q. Fatimi yang menyatakan bahwa batu nisan Malik As-Shaleh berbeda jauh dengan batu nisan di Gujarat, namun memiliki kesamaan dengan batu nisan di Bengal (Bangladesh). Pendapatnya didukung dengan adanya batu nisan Siti Fatimah binti Maimun (berangka 475 H/1082) di Leran Jawa Timur.
Dari dua pendapat yang diambil dari teori batu nisan tersebut, ternyata pendapat Moquette lebih banyak oleh didukung para sarjana lainnya.[2]
b.      Teori Arab
Teori lain menyatakan bahwa islam di Nusantara dibawa oleh para pedagang dari Arabia. Para pedagang Arab terlibat aktif dalam penyebaran islam ketika mereka dominan dalam perdagangan Barat-Timur sejak awal abad ke-7 dan ke-8 Masehi. Pendapat ini berdasar pada sumber-sumber China yang menyebutkan bahwa menjelang perempatan ketika abad ke-7, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab Muslim di pesisir barat Sumatera. Bahkan, beberapa orang Arab telah melakukan kawin campur dengan penduduk pribumi sehingga membentuk komunitas muslim.[3]
Teori Arab ini disampaikan pertama kali oleh Crawfurd bahwa Islam dikenalkan pada masyarakat Nusantara langsung dari Tanah Arab, yang selanjutnya didukung oleh Keyzer dengan dasar adanya kesamaan mazhab Syafi’i yang dominan di Indonesia. Pendapat Keyzer bahwa islam datang dari Mesir. Jika menurut pandangan Niemann dan de Hollander, Islam di Nusantara berasal dari Hadramaut.
Teori ini didukung oleh sejumlah ahli di Indonesia, terbukti dari hasil simpulan seminar tentang masuknya islam ke Indonesia di tahun 1963 dan 1978 yaitu bahwa islam yang datang ke Indonesia langsung dari Arab, bukan India dan masuk pertama kali pada abad ke-1 H atau abad ke-7 M, bukan  abad ke-12 atau 13 M.[4]
c.       Teori Persia
Teori ini menyatakan islam di Nusantara berasal dari Persia, bukan India atau Arab. Dasar teori ini yaitu adanya unsur kebudayaan Persia yang sama dengan di Nusantara, yaitu kebudayaan Syi’ah. Pendukung teori ini yaitu P.A. Hoesein Djajadingrat. Beliau mendasarkan analisisnya pada pengaruh sufisme Persia terhadap beberapa ajaran mistik Islam (sufisme) di Indonesia, seperti ajaran manunggaling kawula gusti Syaikh Siti Jenar sebagai pengaruh dari ajaran wahdatul wujud al Hallaj di Persia, penggunaan istilah bahasa Persia dalam sistem mengeja huruf Arab (terutama tanda bunyi harakat), dan peringatan Asyura pada 10 Muharram sebagai salah satu hari yang diperingati kaum Syi’ah.[5]
d.      Teori Cina
Teori ini menyampaikan peran orang China dalam proses islamisasi di Nusantara serta unsur-unsur kebudayaan China yang ada dalam kebudayaan di Indonesia. H.J. de Graf telah menyunting beberapa literatur Jawa Klasik (Catatan Tahunan Melayu) yang menunjukkan peran orang China dalam pengembangan Islam di Nusantara, seperti disebutkan bahwa tokoh islam Sunan Ampel (Raden Rahmat/Bong Swi Hoo) dan Raja Demak (Raden Fatah/Jin Bun) merupakan orang keturunan China. Selain itu, pendapat ini juga didukung oleh Slamet Muljana, dan Denys Lombard yang menunjukkan aspek kehidupan China yang masuk ke Nusantara, seperti makanan, pakaian, bahasa, arsitektur, dan sebagainya.
Dengan berbagai macam teori seperti di atas, maka diupayakan adanya sintesis antar pendapat tersebut. Salah satunya yaitu  membuat fase-fase atau tahapan tentang islamisasi di Nusantara, yaitu: tahap permulaan kedatangan yang terjadi pada abad ke-7 M. Selanjutnya abad ke-13 M sebagai proses penyebaran dan terbentuknya masyarakat islam di Nusantara. Para pembawa agama islam di abad 7-13 M yaitu muslim dari Arab, Persia, dan India.[6]
Pada umumnya islam menyebar di kawasan Nusantara secara damai, ini terjadi padamasa awal penyebarannya. Namun, perkembangan islamisasi Nusantara sebenarnya mengalami tiga metode, yaitu: (1) disebarkan melalui pedagang muslim secara damai; (2) disebarkan para juru dakwah dan wali khusus dari India dan Arab sekaligus meningkatkan keilmuan dan keimanan mereka; dan (3) disebarkan dengan kekuatan untuk berperang melawan pemerintahan kafir. Metode ke-3 ini dilakukan segera setelah kerajaan islam di Nusantara berdiri dan islam menyebar dari sana dengan melalui peperangan.[7]
Secara khusus, teori masuknya islam tersebut hanya menganalisis masuknya islam di pulau Sumatera (Aceh) dan Jawa. Hal ini karena dua pulau itu dipandang memberikan pengaruh besar terhadap penyebaran islam di Nusantara.

C.    Sarana Islamisasi
Para penyebar agama islam di Nusantara mampu memasukkan budaya baru yang sebelumnya belum ada dengan jalan damai, tanpa ada perlawanan dari orang pribumi. Hal ini sepertinya patut untuk diapresiasi. Beberapa alasan mengapa islam begitu cepat tersebar di kawasan Melayu-Nusantara, yaitu ada 3 faktor : ajaran islam yang menekankan prinsip ketauhidan yang identik dengan pembebasan dalam sistem ketuhanannya; fleksibilitas ajaran islam yang merupakan kodifikasi nilai-nilai universal; kesesuaian nilai Islam ini menghasilkan masyarakat Nusantara menjadikan islam sebagai institusi yang amat dominan dalam melawan kolonialisme Belanda.[8]
Prof. Dr. Musyrifah Sunanto dalam bukunya menyebutkan ada 6 sarana yang digunakan orang muslim untuk menyebarkan islam di Nusantara, yaitu sebagai berikut:
a.      Perdagangan
Yaitu melalui jalur pelayaran. Saluran perdagangan ini sangat menguntungkan, karena tidak ada pemisahan antara aktivitas perdagangan dengan kewajiban mendakwahkan islam kepada pihak-pihak lain. Penduduk pribumi yang berperan penting dalam perdagangan yaitu dari golongan raja dan bangsawan lokal. Karena mereka juga memiliki pengaruh besar dengan sesama pribumi, maka islam dengan cepat menyebar ke nusantara.
b.      Dakwah
Dilakukan oleh mubalig yang berdatangan bersama pedagang. Para mubalig itu bisa jadi juga para sufi pengembara.
c.       Perkawinan
Perkawinan yang dilakukan antara pedagang muslim dengan anak bangsawan Indonesia. Hal ini secara otomatis mampu membentuk inti sosial, yaitu keluarga muslim dan masyarakat muslim. Dengan perkawinan itu secara tidak langsung orang muslim tersebut status sosialnya dipertinggi dengan sifat kharisma kebangsawanan. Lebih lagi bila seorang muslim menikah dengan putri raja, maka keturunannya akan menjadi pejabat birokrasi, putra mahkota kerajaan, syahbandar, qadi, dan posisi penting lainnya.
d.      Pendidikan
Setelah para pedagang muslim menetap, mereka menguasai kekuatan ekonomi di bandar-bandar, seperti Gresik. Pusat perekonomian itu berkembang menjadi pusat pendidikan dan penyebaran islam. Pusat-pusat pendidikan dan dakwah islam di kerajaan Samudra Pasai berperan sebagai pusat dakwah pertama yang didatangi pelajar-pelajar dan mengirim mubalig lokal, seperti Maulana Malik Ibrahim dikirim ke Jawa.
Pada awalnya masyarakat muslim belajar agama di rumah para kyai, selanjutnya mereka membuat bangunan sendiri untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anaknya, seperti masjid, langgar, atau surau. Ilmu agama yang disampaikan kepada anak-anak yaitu pendidikan membaca al-Qur’an, pelaksanaan shalat, dan pelajaran tentang kewajiban pokok agama lainnya. Selanjutnya ada lembaga pesantren atau pondok yang diselenggarakan oleh guru agama, kyai, atau ulama. Sehingga dalam pendidikan Islam di Indonesia ada dua jenjang yaitu: pengajian al-Qur’an sebagai pendidikan dasar dilanjutkan pondok pesantren sebagai pendidikan lanjutan.
e.       Tasawuf dan Tarekat
Sufi (ahli tasawuf) datang bersama dengan para pedagang. Diantara mereka ada yang diangkat menjadi penasihat atau pejabat kerajaan, seperti di Aceh ada Syaikh Hamzah Fansuri, Syamsuddin Sumatrani, Nuruddin ar-Raniri, Abd. Rauf Singkel dan di Jawa terkenal dengan istilah walisongo (wali sembilan). Para sufi menyebarkan islam dengan dua cara, dengan membentuk kader mubalig dan melalui karya-karya tulis yang berisi ilmu agama.
f.       Kesenian.
Macam-macam seni yang menjadi sarana islamisasi yaitu: seni bangunan, seni ukir, seni musik, seni tari dan seni sastra.[9] Di Jawa walisongo banyak menggunakan seni untuk menyampaikan ajaran agama, semisal Sunan Kalijaga dengan kesenian wayangnya dan lagunya berjudul Lir Ilir.
Penyebaran Islam di Indonesia secara kasar dapat dibagi menjadi tiga tahap. Pertama, dimulai dengan kedatangan Islam yang diikuti dengan kemerosotan dan keruntuhan Majapahit pada abad ke-14 sampai 15. Kedua, sejak datang dan mapannya kekuasaan kolonial belanda di Indonesia sampai abad ke-19. Ketiga, bermula pada awal ke-20 dengan terjadinya “liberalisasi” kebijaksanaan pemerintah kolonial Belanda di Indonesia.[10]




KESIMPULAN
Perkembangan Sosial Budaya dan ekonomi Nusantara tidak terlepas dari Kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara. Pada masa sebelum datangnya Islam, hampir seluruh wilayah Nusantara dengan kerajaan yang ada memiliki kepercayaan Hindu-Buda. Diantara Kerajan-kerajaan yang ada diantaranya ; Kerajaan Mataram, Kerajaan  Kalingga, Kerajaan  Pajajaran, Kerajaan  Majapahit, Kerajaan  Kutai, Kerajaan  Singasari, Kerajaan  Sriwijaya, Kerajaan  Kediri, dan Kerajaan Tarumanegara. Namun dari beberapa Kerajaan tersebut kerajaan besar yang dianggap mewakili cikal bakal bangsa indonesia adalah Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. 
Ada empat teori yang memberikan keterangan masuknya Islam ke Nusantara, yaitu : Teori India, Teori Arab, Teori Persia, dan Teori Cina.
Prof. Dr. Musyrifah Sunanto dalam bukunya menyebutkan ada 6 sarana yang digunakan orang muslim untuk menyebarkan islam di Nusantara, yaitu : perdagangan; dakwah; perkawinan; pendidikan; tasawuf; dan kesenian.


DAFTAR PUSTAKA

Huda, Nor. 2013. Islam Nusantara: sejarah sosial intelektual Islam di Indonesia. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
Kuntowijoyo. 1997. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Sukmono, R. 1987. Pengantar Sejarah Keudayaan Indonesia 2. Yokyakarta : Kanisius
Sunanto, Musyrifah. 2010. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Depok: Rajawali Press.






[1] Nor Huda, Islam Nusantara: sejarah intelektual islam di Indonesia, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2013) hal 32.
[2] Ibid., hal 34.
[3] Ibid., 35.
[4] Ibid., hal 36.
[5] Ibid., hal 38.
[6] Ibid., hal. 39
[7] Ibid., hal 41.
[8] Ibid., hal. 44
[9] Ibid., hal 49.
[10] Musyrifah,  Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Depok: Rajawali Press, 2010), hal. 13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RAFTING DI SUNGAI ELO MAGELANG

Agar perjalanan liburan bersama keluarga di kawasan wisata Borobudur, Kabupaten Magelang, menjadi lebih lengkap, tak dapat dilewatkan pengal...