Rabu, 26 April 2017

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN
PRILAKU BELAJAR


Dosen Pembimbing: Drs. Nur Munajat, M.Si
Disusun Oleh:
Dwi Afriyanto (16410072/ PAI A)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2017

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Psikologi Pendidikan tentang “Prilaku Belajar”.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik deri segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Kami berharap semoga makalah ilmiah ini dapat memeberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.











DAFTAR ISI


Contents










BAB I

PENDAHULUAN

Sebagai calon pengajar tentulah harus memahami strategi dalam mengajar yang baik, termasuk mengetahui bagaimana prilaku siswanya. Untuk mengetahui prilaku siswanya terlebih dahulu seorang calon pengajar harus menegtahui karakteristik setiap peserta didiknya baik dari perubahan intensional, perubahan positif dan aktif, serta perubahan efektif dan fungsional.
Dengan mengetahui karakteristik setiap peserta didik diharapkan seorang calon pengajar mampu menerapkan strategi pengajaaran yang tepat kepada peserta didik dalam prilaku belajar mereka. Sehingga dapat tercapainya pendidikan yang bermutu dan berkualitas.
1.    Apa pengertian prilaku belajar ?
2.    Bagaimana karakterisitik prilaku dalam belajar ?
3.    Apa perwujudan prilaku dalam belajar ?
4.    Apa saja faktor yang mempenaruhi belajar ?
1.    Mengetahui pengertian prilaku belajar
2.    Memahami karaktersitk prilaku dalam belajar
3.    Memahami bagaimana perwujudan prilaku dalam belajar
4.    Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dalam belajar






BAB II

PEMBAHASAN

Prilaku Menurut Chaplin (Chaplin dalam kartono, 1999, h. 53), perilaku adalah suatu perbuatan atau aktivitas atau sembarang respon baik itu reaksi, tanggapan, jawaban, atau balasan yang dilakukan suatu organisme. Secara khusus pengertian perilaku adalah bagian dari suatu kesatuan pola reaksi. Dan Perilaku menurut (Wagito, 2005, h. 168), adalah suatu aktivitas yang mengalami perubahan dalam diri individu. Perubahan itu didapat dalam segi kognitif, afektif, dan psikomotorik[1].
Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational Psychology: The Teaching-Learning Procces, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progesif. Pendapat ini diungkapan dalam pernyataan ringkasnya, bahwa belajar adalah a process of progressive behavior adaptation. Berdasarkan eksperimenya, B.F. Skiner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforcer)[2]. Morgan, dalam buku Introduction of Psychology (1998) mengemukakan: ”Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman”[3].
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prilaku belajar adalah suatu aktivitas perubahan yang relatif menetap pada individu dalam suatu proses penyesuain tingkah laku sebagai hasil dari latihan atau pengalaman.


Karakteristik belajar ini dalam dalam bebrapa pustaka rujukan, antara lain psikologi pendidikan oleh surya (1928), disebut juga sebagai prinsip-prinsip belajar. Di antara ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah[4]:
1.      Perubahan Intensional
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan. Karakteristik ini mengandung konotasi bahwa siswa menyadari akan adanya perubahan yang dialami atau sekurang-kurangnya ia merasakan adanya perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan pandangan sesuatu, ketrampilan, dan seterusnya. Sehubungan dengan itu, perubahan yang diakibatkan mabuk, gila, dan lelah tidak termasuk dalam karakteristik belajar, karena individu yang bersangkutan tidak menyadari atau tidak menghendaki keberadannya.
Disamping perilaku belajar itu menghendaki perubahan yang disadari, juga diarahkan pada tercapainya perubahan tersebut. Jadi, jika seorang siswa belajar bahasa inggris umpamanya, maka sebelumnya ia telah menetapkan taraf kemahiran yang disesuaikan dengan tujuan pemakaianya. Penetapan ini misalnya, apakah bahasa asing tersebut akan ia gunakan untuk keperluan studi ke luar negri ataukah utnuk sekedar bisa membaca teks-teks atau literatur berbahasa inggris.
Menurut Anderson (1990) kesenjangan belajar tidak penting, yang penting adalah cara mengelola informasi yang diterima oleh siswa pada waktu pembelajaran terjadi. Di samping itu, dari kenyataan sehari-hari juga menunjukan bahwa tidak semua kecakapan yang kita peroleh merupakan hasil kesenjangan belajar yang kita sadari.
Sebagai contoh, kebiasaan bersopan santun dimeja makan dan bertegur sapa dengan orang lain, guru, dan orang-orang baik disekitar kita tanpa disengaja dan disadari. Begitu juga beberapa kecakapan tertentu yang kita peroleh dari pengalaman dan praktik sehari-hari, belum tentu kita pelajari dengan sengaja. Dengan demikian, dapat kita pastikan bahwa perubahan intensional tersebut “bukan harga mati” yang harus dibayar oleh anda dan siswa.
2.      Perubahan Poisitif Dan Aktif
Positif artinya baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan, yakni diperolehnya sesuatu yang baru (seperti ketrampilan dan pemahaman baru) yang lebih baik daripada apa yang telah ada sebelumnya. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan (misalnya bayi, yang bisa merangkak setelah bisa duduk), tetapi karena usaha siswa itu sendiri.
3.      Perubahan Efektif Dan Fungsional
Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif, yakni berhasil guna. Artinya, perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi siswa. Selain itu, perubahan dalam proses belajar bersifat fungsional dalam arti bahwaia relatif menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan. Perubahan fungsional dapat diharapkan memberi manfaat yang luas mislanya ketketika siswa menepuh ujian dan menyesuaikan diri dengan lungkungan kehidupan sehari-hari dalam memeprtaankan kelangsungan hidupnya.
Selain itu, perubahan yang efektif dan fungsional basanya bersifat dinamis dan mendorpng timbulnya perubahanperubahan positif lainya. Sebagai contoh, jika seorang belajar menulis, maka di samping akan mampu merangakaikan kata dan kalimat dalam bentuk tulisan ia juga akan memperoleh kecakapan lainya seperti membuat catatan, merangkai surat, dan bahkan menyusun karya sastra atau karya ilmiah.
Manifestasi atau perwujudan prilaku belajar biasanya lebih sering tampak dalam perubahan-perubahan sebagai berikut[5]:
1.      Kebiasaan
Setiap siswa yang telah mengalami proses belajar, kebiasan-kebiasaanya akan tampak berubah. Menurut Bughardt (1973), kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Dalam proses belajar, pembiasaan juga meliputi pengurangan prilaku yang tidak diperlukan. Karena proses penyusutan /pengurangan inilah, muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis.
      Kebiasaan ini terjadi karena prosedur pembiasaan seperti dalam classical dan operant conditioning. Contoh: siswa yang belajar bahasa secara berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, akhirnya akan terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar. Jadi berbahasa dengan cara yang baik dan benar itulah perwujudan prilaku belajar siswa tadi.
2.      Ketrampilan
Ketrampilan ialah kegiatan yang berkaitan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik olah raga, dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik, namun ketrampilan itu memerlukan kordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi. Dengan demikian, siswa yang melakukan gerakan motorik dengan koordinasi dan kesadaran yang rendah dapat dianggap kurang atau tidak terampil.
Di samping itu, menurut reber (1998), ketrampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Ketrampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan fungsi mental yang bersifat kognitif. Konotasinya pun luas sehingga sampai pada mempengaruhi atau mendayagunakan orang lain. Artinya orang yang mampu mendayagunakan orang lain secara tepat dianggap sebagai orang yang terampil.
3.      Pengamatan
Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera seperri mata dan telinga. Berkat pengalaman belajar seseorang siswa akan mampu mencapai pengamatan yang benar objektif sebelum mencapai pengertian. Pengamatan yang salah akan mengakibatkan timbulnya pengertian yang slah pula. Sebagai contoh, seorang anak yang baru pertama kali mendengarkan radio akan mengira bahwa penyiar benar-benat berada dalam kotak suara itu. Namun melalui proses belajar, lambat-laun akan diketahuinya juga bahwa yang ada dalam radio tersebut hanya suaranya, sedangkan penyiarnya berada jauh distudio pemancar.
4.      Berpikir Asosiatif Dan Daya Ingat
Secara sederhana, berpikir asosiatif adaah berpikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainya. Berpikir asosiatif itu merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan rspons. Daam hal ini perlu dicatat bahwa kemampuan siswa untuk melakukan hubungan asosiatif yang benar amat dipengaruhi oleh tingkat pengertian atau pengetahuan yang diperoleh dari hasil belajar. Sebagai contoh, siswa yang mampu menjelaskan arti penting tanggal 12 Rrabiul  Awal. Kemampuan siswa tersebut dalam mengasosiasiakn tanggal bersejarah dengan hari ulang tahun (maulid) Nabi Muhammad  SAW. hanya bisa didapat apabila ia telah memepelajari riwayat hidup Beliau.
      Di samping itu, daya ingat pun merupakan perwujudan belajar, sebab merupakan unsur pokok dalam berpikir asosiatif. Jadi, siswa yang telah mengalami proses belajar akan ditandai dengan bertambahnya simpanan materi (pengetahuan dan pengertian) dalam memori, serta meningkatnya kemampuan menghubungkan materi tersebut dengan situasi stimulus yang sedng ia hadapi. 
5.      Berpikir Rasional Dan Kritis
Berpikir rasinal dan kritis adalah perwujudan prilaku belajar terutama yang bertalian dengan pemecahan maslah. Pada umumnya siswa yang berpikiran rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan “bagaimana” (How) dan “mengapa” (Why). Dalam berpikir rasional, siswa dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan sebab-akibat, menganalisis, menarik simpulan-simpulan, dan bahkan juga menciptakan hukum-hukum (kaidah teoritis) dan ramalan-ramalan. Dalam hal berpikir kritis, siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguju keaandalan gagasan pemecahn masalah dan mengatasi kesalahan atau kekurangan (Reber, 1998).
6.      Sikap
Dalam arti sempit sikap adalah pandagan atau kecenderungan mental. Menurut Bruno (1987), sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk beraksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. Dalam hal ini, perwujudan prilaku belajar siswa akan ditandai dengan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru yang telah berubah (lebih maju dan lugas) terhadap suatu objek, tata nilai, peristiwa dan sebagainya.
7.      Inhibisi
Inhibisi adalag upaya pengurangan atau pencegahan timbulya suatu respons tertentu karena adanya proses respons lain yang sedang berlangsung (Reber, 1998). Dalam hal belajar, yang dimaksud dengan inhibisi ialah kesanggupan siswa untuk mengurangi atau mengehentikan tindakan yang tidak perlu, lalu memilih atau melakukan ktindakan lainya yang lebih baikketika ia berinteraksi dengan lingkunganya
Kemampuan siswa dalam melakukan inhibisi pada umumnya diperoleh  lewat proses belajar. Oleh sebab itu, makna dan perwujudan prilaku belajar seorang siswa akan tampak pula dala,m kemampuanya melakukan inhibisi. Contoh: seorang siswa yang telah sukses mempelajari bahaya alkohol dan menghindari memebeli meinuman keras. Sebagai gantinya ia memebeli minuman sehat.
8.      Apresiasi
Pada dasarnya, apresiasi berarti suatu pertimbangan  (judgment) menegnai arti penting atau nilai sesuatu (Chaplin, 1982). Dalam ppenerapanya, apresiasi sering diartikan sebagai penghargaan atau penilaian terhadap benda-bemda baik abstrak maupun konkret- yang memiliki kanilai luhur. Apresiasi adalah gejala ranah afektif yang pada umumnya ditujukan pada karya-karya seni budaya seperti: seni sastra, seni musik, seni lukis, drama, dan sebagaianya.
Tingkat apresiasi seorang siswa terhadap niai sebuah karya sangat bergantung pada tinglat pengalaman belajarnya. Sebagai contoh, jika seorang siswa telah mengalami proses belajar agama secara mendalam maka tingkat apresiasinya terhadap nilai seni baca al-Quran dan kaligrafi akan mendalam pula. Dengan deikian, pada dasarnya seorang siswa baru akan memiliki apresiasi yang mmemadai terhadap objek tertentu (misalnya kaligrafi) apabila sebelumnya ia telah mempelajari materi yang berkaitan dengan objek yang dianggap mengandung nilai penting dan indah tersebut.
9.      Tingkah Laku Afektif
Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang emnyangkut keanekaragaman perasaan seperti: takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagianya. Tingkah laku seperti ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman beljar. Oleh karenanya, ia juga dapat dianggap sebagai perwujudan prilaku belajar.
Seorang siswa, misalnya, dapat dianggap sukses secara afektif dalam belajar agama apabila ia telah menyenangi dan menyadari dngan ikhlas kebenaran ajaran agama yang telah pelajari, lalu menjadikana sebagai ”sistem nilai diri”. Kemudian, pada giliranya ia menjadikan sistem nilai ini sebagai penuntun hidup, baik dikala suka maupun duka (Darajat, 1985).
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni[6]:
1.         Faktor Internal Siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yaitu:
a.       Aspek Fisiologis
Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, sangat memepengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi adan pengetahuan. Daya pendengaran dalam penglihatan yang rendah, umpamanya, akan menyulitkan sensory register dalam menterap item-item informasi yang besifat echoic dan econic (gema dan citra). Akibat negatif selanjutnya adalah terhambatnya proses informasi yang dilakukan oleh sistem memori siswa tersebut.
b.      Aspek Psikologis
Faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandnag lebih esensial itu adalah sebagai berikut:
1)      Intelegnsi umumnya diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau penyesuaian diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1998). Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) sangat menentukan tingat keberhasilan belajar siswa. Ini bermkana, semakin tinggi kemampuan intelegesi siswa maka semakin besar peluang utnk meraih suskes. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih suskses.
2)      Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (responce tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada anda dan mata pelajaran yang anda sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajat siswa tersebut.
c.       Bakat Siswa
Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1998). Pada perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan pelatihan
d.      Minat Siswa
Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (1998), minat tidak termasuk istilah piopuler dalam psikologi karena kebergantunganya yang banyak pada faktor-faktor internal lainya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebututhan.
e.       Motivasi Siswa
Motivasi ialah keadaan internal organisme-baik manusia maupun hewan-yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Glietmen, 1998; Reber, 1998). Dalam perkembangan selanjutnya otivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1) Motivasi Intrinsik
Adalah hal dan keadaan yang beraal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motovasi intrinsik siswa adalah perasaan meyenangi materi kebutuhanya terhadap materi tersebit misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.
3)      Ada motivasi Ekstrinsik
Adalah hal dan keadan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendororngnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peratuan/tat tertib sekolah, suru teladan orang tua, guru, dan seterusnya merupakn contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk belajar.

2.      Faktor Eksternal Siswa
Faktor eksternal siswa terdiri dari dua macam, yakni:
a)      Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sekolah beratti para guru, para tenaga kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya), dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa tersebut. Lingkungan sosial yang banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keuarga siswa itu sendiri.sifat-sifa orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memeberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasi yang dicapai oleh sisa. Contoh: kebiasaan yang diterapkan orang tua siswa dalam mengeloala keluarga (family management practices) yang keliru, seperti kelalaian orang tua dalam memonitor kegiatan anak, dpat menimbulkan dampak lebih buruk lagi. Dalam hal ini, bukan saja anak tidak mau belajar melainkan juga ia cenderung berprilku menyimpang yang berat seperti antisosial (Patterson & Leber, 1984).
b)      Lingkungan Sosial
Faktor-faktor yang m yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Contoh: kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tak meiliki saran umum untuk kegiatan remaja (seperti lapangan voli) akan menorong siswa berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas dikunjungi. Kondisi rumah dan perkampungan seperti itu jelas berpengaruh buruk terhdap kegiatan belajar siswa.
3.      Faktor Pendekatan belajar
Keefektifan segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang evektivitas dan efisensi proses belajar materi tertentu dalam hali ini, berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memeceahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu (Lawson, 1991). Seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep mislanya, mungkin sekali berpeluang meraih prestasi belajar yang bermutu dari pada siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface atau reproductive .























BAB III

PENUTUP

Dari pemaparan makalah Psikologi Pendidikan tentang Prilaku Belajar, dapat penulis simpulkan sebagai berikut:
1.      Definisi prilaku belajar adalah suatu aktivitas perubahan yang relatif menetap pada individu dalam suatu proses penyesuain tingkah laku sebagai hasil dari latihan atau pengalaman.
2.      Ciri khas perubahan belajar meliputi perubahan-perubahan yang bersifat:
a)      Intensional; b) Positif dan Aktif; c) Efektif dan Fungsional
3.      Manifestasi prilaku belajar tampak dalam:
a) Kebiasaan; b) Ketrampilan; c) Pengamatan; d) Berpikir asosiatif dan daya ingat; e) Berpikir rasional dan kritis; f) Sikap; g) Inhibisi; h) Apresiasi; i) Tingkah laku afektif
4.      Efisiensi belajar adalah konsep yang mencerminkan perbandingan terbaik antar usaha belajar dengan hasil belajar.
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kepadanya penulis akan lebih focus dan details dalam menjelaskan tentang maklah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisa juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan.








DAFTAR PUSTAKA

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda, 2010)
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Prespektif Islam (Jakarta: Prenada Media Group, 2004)




[2]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda, 2010) hlm. 88
[3]Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Prespektif Islam (Jakarta: Prenada Media Group, 2004) hlm. 208
[4] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda, 2010) hlm. 114-116
[5] Ibid.,hlm. 116-119
[6] Ibid., 129-136

RAFTING DI SUNGAI ELO MAGELANG

Agar perjalanan liburan bersama keluarga di kawasan wisata Borobudur, Kabupaten Magelang, menjadi lebih lengkap, tak dapat dilewatkan pengal...